Kesaksian Kuasa Perjamuam Kudus
Mengawali artikel ini, saya menuliskan kesaksian singkat tentang kuasa perjamuan kudus yang terjadi beberapa tahun lalu. Seorang rekan kerja, sepulang dari pelayanan di luar kota, tiba-tiba mengalami kelemahan tubuh. Secara fisik sangat lemah, kesulitan berbicara seperti orang tercekik. Dia tidak bisa makan dan minum. Tubuhnya semakin lemah. Rekan ini kemudian di bawa ke rumah sakit. Setelah dicek ternyata seluruh fungsi tubuhnya normal, akhirnya teman-teman pelayanan sepakat membawa ke rumah saya. Di rumah teman-teman pelayanan mulai mendoakan, namun belum ada perubahan yang berarti.
Saya memutuskan untuk pulang kantor lebih awal, untuk melihat kondisi dan membantu melayani rekan yang sakit ini. Dalam perjalan pulang, tiba-tiba muncul pikiran untuk melakukan perjamuan kudus. Waktu itu saya ragu, apakah ini pikiran saya atau inspirasi Roh Kudus. Ide ini saya lewatkan begitu saja. Saya sebelumnya tidak terlalu mengerti apa hubungannya sakit dengan perjamuan kudus.
Di rumah bersama teman-teman pelayanan kami mulai mendoakan kembali rekan yang sakit. Semua upaya dilakukan, mulai dengan pujian, penyembahan, bahasa Roh, ditengking dan doa-doa. Tidak ada perubahan. Tetap sakit. Dalam pikiran saya muncul ide lagi, buat perjamuan kudus. Tetapi saya tetap tidak yakin. Sebelumnya belum pernah melakukan perjamuan untuk orang sakit. Dalam budaya beberapa gereja, perjamuan bagi orang sakit dilakukan bila sudah ada tanda-tanda bahwa orang itu akan meninggal. Jadi, ide melakukan perjamuan pada orang sakit tidak saya responi.
Pelayanan untuk rekan yang sakit dilanjutkan kembali. Penyembahan, bahasa roh, dan tengkingan dilakukan berkali-kali. Tidak berhasil juga. Tiba-tiba rekan yang sakit minta spidol dan kertas. Suaranya hilang seperti dicekik, tetapi dia bisa menulis. Kami berikan spidol dan kertas. Dengan perlahan dia mulai menulis…P…e…r… Saya mereka-reka apa maksudnya. Sampai akhirnya saya kaget. Dia menuliskan kalimat Perjamuan kudus !!!!!. Saya sedih, karena sejak dalam perjalanan pulang, sesungguhnya Roh Kudus sudah mengingatkan. Saya tidak cepat tanggap kepada Roh kudus. Akhirnya saya putuskan menyelenggarakan perjamuan kudus. Tidak apa, sekalipun lambat dalam merespon Roh Kudus, belajar untuk tetap taat.
Akhirnya saya meminta seseorang membelikan roti dan syrup ABC rasa anggur. Dengan hati berdebar, saya dengan istri dan dua rekan kerja mulai menyiapkan roti dan anggur. Kami menyembah Tuhan dan mulai membacakan Firman Tuhan tentang perjamuan kudus. Mujijat terjadi, rekan yang sakit ini mampu menerima roti dan minum anggur. Sebelumnya makanan dan minuman tidak bisa masuk mulutnya. Leher yang tadinya tercekik normal kembali. Seketika itu dia sembuh total.
Kisah inilah yang membuat saya semakin menyadari, bahwa perjamuan kudus bukan hanya ritual kristen. Bukan hanya aktifitas rohani biasa. Perjamuan kudus memiliki dimensi sorgawi yang luar biasa dasyat. Bahkan secara khusus Paulus diwahyukan Allah bagaimana melaksanakan perjamuan kudus.
Perjamuan Kudus Mengawali Perjalanan Sengsara Yesus
Yesus mengawali perjalanan sengsara-Nya untuk menebus dosa seluruh dunia dengan menyelenggarakan perjamuan terakhir. Perjamuan yang dibuat ini sebenarnya adalah perjamuan paskah menurut tradisi Yahudi. Yesus menyelenggarakan perjamuan tepat pada hari pertama hari raya roti tak beragi. Hari raya roti tak beragi adalah hari raya untuk memperingati bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Hari itu setiap anak sulung, manusia maupun binatang, di tanah Mesir dibinasakan. Tetapi bagi bangsa Israel tidak ada ratap tangis, sebab mereka diselamatkan oleh darah anak domba yang dioleskan pada kedua tiang pintu dan ambang atas rumah mereka.
Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN. Kel 12:12
Jadi kamu harus tetap merayakan hari raya makan roti yang tidak beragi, sebab tepat pada hari ini juga Aku membawa pasukan-pasukanmu keluar dari tanah Mesir. Maka haruslah kamu rayakan hari ini turun-temurun; itulah suatu ketetapan untuk selamanya. Kel 12:17
Yesus merayakan perjamuan kudus pada perayaan paskah sesuai tradisi Yahudi, untuk menggenapkan bahwa Dia adalah Anak Domba paskah yang sesungguhnya. Darah-Nya akan dicurahkan, supaya setiap orang yang menerima percikan darah-Nya dibebaskan dari perbudakan dosa untuk selamanya. Perjamuan kudus adalah perayaan paskah bagi umat perjanjian baru.
Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. I Korintus 11:23-27
Perjamuan Kudus Setelah Yesus Bangkit
Apa yang dilakukan pada hari pertama kebangkitan-Nya pastilah memiliki arti yang khusus. Kitab Lukas pasal 26 mencatat peristiwa penting menyangkut perjamuan kudus. Pada hari kebangkitan-Nya, Yesus menemui 2 orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Mereka tidak mengenal Yesus dalam tubuh kebangkitan-Nya. Mengakhiri perjalanan-Nya bersama 2 murid tersebut, Yesus memecah roti. Saat itulah mereka tahu, bahwa mereka bersama dengan Yesus yang sudah bangkit.
Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka Lukas 24:30-31
Yesus memperkenalkan diri-Nya kepada 2 murid dengan cara memecah-mecahkan roti. Ini dilakukan pada hari pertama kebangkitan-Nya. Sesuatu yang dilakukan pertama kali, memberi tanda bahwa itu adalah prioritas. Perjamuan kudus menjadi prioritas pertama pada hari kebangkitan-Nya, berarti memiliki makna itu sangat penting.
Perjamuan Kudus di Gereja Mula-mula
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Kisah 2:41-43
Gereja mula-mula memberikan teladan penting tentang perjamuan kudus. Setiap berkumpul mereka memecah roti dan berdoa. Ada empat jenis ibadah yang mereka lakukan; mendengarkan pengajaran, besekutu, perjamuan kudus dan doa. Itulah 4 pilar ibadah jemaat mula-mula. Mengapa jemaat mula-mula dengan cepat menerapkan perjamuan kudus dalam ibadah mereka? Yesus sendiri memberi teladan kepada para Rasul, dan kemudian di ajarkan kepada jemaat mula-mula.
Rasul Paulus Mendapatkan Pewahyuan Tentang Perjamuan Kudus
Rasul Paulus adalah rasul yang muncul setelah masa Yesus naik ke sorga. Paulus tidak mengalami perjamuan terakhir sebelum masa sengsara Yesus. Paulus mengenal perjamuan Kudus melalui rasul-rasul yang lain. Tetapi kemudian Paulus sendiri diberikan pewahyuan mengenai pentingnya perjamuan kudus.
Berdasarkan pewahyuan mengenai perjamuan kudus, Rasul Paulus menegur jemaat di Korintus yang melakukan perjamuan kudus dengan cara yang salah. Dalam tergurannya, Paulus menuliskan pewahyuan tentang perjamuan kudus yang seharusnya. Ada dua hal penting yang dinyatakan Rasul Paulus mengenai Perjamuan Kudus :
Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!” Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. I Korintus 11:23-26
Peringatan akan Aku
Peringatan (remembrance) berasal dari bahasa yunani anamnesis, yang artinya mengingatkan. Dasar kata anamnesis adalah anamimnesko, yang artinya memanggil untuk mengingat, mengingatkan, menegur. Perjamuan Kudus adalah bagian dari ibadah untuk mengingatkan Allah pada sebuah perjanjian. Apakah Allah dapat lupa dengan perjanjian-Nya sehingga perlu di ingatkan ? Tentu saja tidak. Kita perhatikan beberapa ayat, yang menjelaskan bahwa Allah sendiri meminta untuk di ingatkan
Jika busur itu ada di awan, maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal antara Allah dan segala makhluk yang hidup, segala makhluk yang ada di bumi. Kejadian 9:16
Ingatkanlah Aku, marilah kita berperkara, kemukakanlah segala sesuatu, supaya engkau nyata benar! Yesaya 43:26
Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang. Yesaya 62:6b
Dari ayat-ayat tersebut, ternyata memang Allah memiliki kerinduan untuk diingatkan oleh anak-anak-Nya. Namun bukan karena Allah lupa. Bukan karena Allah tidak ingat akan perjanjian-Nya.
Amplified Bible memberikan penjelasan yang menarik tentang kalimat peringatan akan Aku sebagai berikut to call Me (affectionately) to remembrance yang berarti untuk memanggil Aku (sayang) untuk mengingat (google translate). Anamnesis berarti panggilan dengan penuh rasa kasih kepada Allah, supaya Allah memanifestasikan isi perjanjian-Nya.
Analogi berikut ini mungkin dapat menolong kita mengerti. Seorang anak kecil dijanjikan ayahnya hadiah boneka. Malam ketika sang ayah pulang, dengan boneka dalam tas kerja, si anak berlari dengan gembira kepada ayahnya. Dia digendong ayahnya, dan diberi ciuman. Sang anak berteriak dengan gembira ”ayah, ayo mana janjinya ?” ”ayo ayah, mana boneka-ku!!” Anak ini ingin supaya janji ayahnya (boneka yang sudah tersedia) dinyatakan. Ayah tentu saja tidak lupa, tetapi suatu sukacita bila anaknya menagih janjinya. Ayah senang dengan keintiman dengan anaknya, dan menggunakan janji-janjinya untuk membangun keintiman. Demikian juga Bapa di sorga, Dia menyediakan perjanjian-Nya sebagai sarana untuk membangun keintiman dengan anak-anak-Nya.
Ketika kita melakukan perjamuan kudus, kita datang dengan penuh kasih dan syukur kepada Allah. Kita tahu bahwa melalui darah-Nya yang tercurah dan tubuh yang terpecah, Bapa menyediakan keselamatan yang sempurna ; hidup kekal, berkat melimpah, kesembuhan dan kemerdekaan. Keselamatan bukan hanya menyangkut roh kita yang memiliki hidup kekal, tetapi juga jiwa dan tubuh. Jiwa dan tubuh kita diberkati, disembuhkan dan dimerdeka-kan. Melalui perjamuan kudus, kita mendesak supaya semua penyediaan Allah dinyatakan dalam kehidupan nyata. Kita meminta area-area hidup yang masih mengalami kekurangan, kelemahan, keterikatan, mengalami terobosan.
Namun perlu di ingat juga, tujuan perjamuan kudus adalah untuk membangun keintiman dengan Bapa. Melalui perjamuan kudus, kita masuk dalam keintiman yang lebih dalam.
Ingatkanlah Tuhan, Maka Hadirat dan Berkat-Nya Dimanifestasikan
Pada setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan memberkati engkau. Keluaran 20:26b
Perjamuan kudus adalah pilar ibadah yang secara ajaib membuat hadirat-Nya bersegera dinyatakan dan Allah memanifestasikan berkar-berkat-Nya. Allah menentukan perjamuan kudus sebagai tempat untuk mengingatkan-Nya. Mengapa Allah memilih perjamuan kudus sebagai tempat untuk mengingatkan-Nya? Sebab Allah begitu menyenangi korban yang harum dan sempurna yaitu pengorbanan Yesus. Perjamuan kudus menghadirkan kembali korban bakaran itu dihadapan Allah. Allah bergitu terpesona dengan pengorbanan anak-Nya, dan itu menyebabkan Dia ingin selalu mencium harum-haruman itu.
Bayangkan betapa tidak bisa dibandingkannya korban dari hewan dengan korban anak-Nya yang tunggal. Kalau hewan-hewan korban yang disembelih Nuh begitu harum dan menyebabkan Allah menghentikan hukuman bagi bumi, betapa lebih dasyat korban Yesus Kristus, Allah akan memerintahkan semua berkat-berkat-Nya dimanifestasikan bagi kita.
Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Kejadia 8:21
Anamnesis Dalam Dunia Kesehatan
Dunia kedokteran mengenali istilah anamnesis. Saat tiba di UGD, pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Riwayat kesehatan seseorang pasien (sering disebut anamnesa) adalah informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dari informasi yang digali melalui pertanyaan dan diagnosis alat-alat kesehatan, maka dokter menyimpulkan penyakit yang di derita pasien. Kemudian dokter memberikan tindakan medis, memberikan obat-obatan atau rujukan untuk di rawat inap, dsb.
Seperti anamnesis dalam dunia kedokteran, demikianlah juga ketika kita melakukan perjamuan kudus. Seluruh kelemahan kita di-diagnosis dalam hadirat-Nya. Ketika Allah melihat darah Yesus yang tercurah dan tubuh-Nya yang terpecah dalam perjamuan kudus, Dia segera menggenapkan janji-Nya. Kita menerima ”obat” bagi seluruh kelemahan jiwa dan tubuh.
Memberitakan=Representing =Menghadirkan kembali
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. I korintus 11:26
Ketika perjamuan kudus dilaksanakan, sesungguhnya kita sedang memberitakan kematian Tuhan Yesus sampai Ia datang kembali. Dalam amplified bible, ayat ini dituliskan sebagai berikut : for every time you eat this bread and drink this cup, you are representing and signifying and proclaiming the fact of the Lord’s death until He comes (again).
Salah satu pengertian tentang memberitakan kematian Tuhan menurut Amplified Bible adalah representing (menghadirkan kembali). Perhatikan, dalam bahasa inggris ditulis dalam bentuk ing-form, atau menjelaskan kejadian itu sedang berlangsung saat ini. Kejadian terkini, bukan telah atau akan. Menjelaskan juga sesuatu yang sedang dan pasti terjadi. Lalu, apa yang dihadirkan kembali dalam perjamuan kudus?
Ketika perjamuan kudus diselenggarakan, kita sedang menghadirkan kembali kejadian dua ribu tahun lalu, kematian Yesus di kayu salib. Kita sedang menghadirkan korban paling sempurna dan paling berkenan kepada Allah. Kita sedang mempersembahkan korban, seperti pada perjanjian lama.
Dalam perjanjian lama, setiap kali bangsa Israel menghadapi musuh, seorang imam diminta untuk mempersembahkan korban bakaran yang harum untuk Allah. Sebagai akibatnya, bangsa Israel mengalami kemenangan demi kemenangan. Nah, dalam perjanjian baru, ketika melakukan perjamuan kudus, kita sedang mempersembahkan korban yang paling sempurna dan menyenangkan hati Allah. Sebagai akibatnya, maka kemenangan demi kemenangan terjadi dan iblis lari tunggang langgang, berkat dinyatakan dan sukacita surgawi mengalir.
Allah menyukai korban persembahan yang harum. Ketika Allah menerima korban, maka Allah melakukan sesuatu yang nyata dan dapat dilihat atau dirasakan. Ketika persembahan Habel diterima dan persembahan Kain ditolak Allah, pastilah ada sesuatu yang terlihat. Ada dampak ilahi ketika korban yang dipersembahkan diterima Allah. Perhatikan apa yang terjadi ketika korban persembahan naik ke hadirat Allah :
Kaubuatlah bagi-Ku mezbah dari tanah dan persembahkanlah di atasnya korban bakaranmu dan korban keselamatanmu, kambing dombamu dan lembu sapimu. Pada setiap tempat yang Kutentukan menjadi tempat peringatan bagi nama-Ku, Aku akan datang kepadamu dan memberkati engkau. Keluaran 20:24
Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya Kejadian 8:21
Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: “Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya. 1 Raja-raja 18:36-38
Sesudah itu Samuel mengambil seekor anak domba yang menyusu, lalu mempersembahkan seluruhnya kepada TUHAN sebagai korban bakaran. Dan ketika Samuel berseru kepada TUHAN bagi orang Israel, maka TUHAN menjawab dia. Sedang Samuel mempersembahkan korban bakaran itu, majulah orang Filistin berperang melawan orang Israel. Tetapi pada hari itu TUHAN mengguntur dengan bunyi yang hebat ke atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul kalah oleh orang Israel. I Sam 7:9-10
Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu. Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” 1 Raja 3:4-5
Kalau korban-korban bakaran dahulu mendatangkan berkat yang luar biasa, betapa lebih dahsyat lagi ketika kita menghadirkan kembali korban yang paling sempurna, yaitu anak domba Allah melalui perjamuan kudus.
Roti dan Anggur, Memiliki arti dan fungsi yang berbeda
Roti adalah makanan sehari-hari bagi orang-orang Israel. Makanan ini dibuat dari tepung gandum. Roti dihasilkan dari proses yang cukup panjang, mulai dari proses pengirikan gandum, pengolahan tepung menjadi adonan, kemudian pembentukan dan pembakaran. Proses pembuatan roti adalah nubuatan tentang bagaimana tubuh Yesus akan menderita. Sama seperti adonan yang dipukul-pukul, dibanting-banting dan di potong-potong, demikianlah Yesus akan mengalami sengsara.
Proses terakhir sebelum menjadi roti adalah pembakaran. Adonan yang sudah dibentuk kemudian dimasukan ke dalam tempat pembakaran. Ini adalah nubuatan bagaimana Yesus menerima penghakiman ketika tubuh-Nya tergantung di kayu salib. Murka Allah atas dosa ditimpakan pada tubuh Yesus.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Yesaya 53:5
Yesus menyebutkan diri-Nya adalah roti dari sorga. Roti adalah gambaran firman Allah. Paulus meng-analogikan ajaran tentang kebenaran (firman Allah) sebagai makanan yang keras (roti) :
Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Yohanes 6:50
Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Ibrani 5:13-14
Ketika kita makan roti dalam perjamuan kudus, kita sedang menerima tubuh Yesus yang terpecah, yang didalamnya memiliki kuasa :
- Kesembuhan atas setiap sakit dan kelemahan
- Menerima kekuatan baru
- Menerima pewahyuan tentang Yesus yang sudah bangkit dan kasih karunia-Nya yang diberikan kepada kita
- Mengalami keintiman yang semakin hari semakin dalam
- Panjang umur
Anggur adalah minuman pesta. Tidak setiap hari orang Israel minum anggur. Anggur di minum pada perjamuan-perjamuan pesta. Mujijat Yesus yang pertama adalah mengubah air menjadi anggur.
Poses pembuatan minuman anggur juga adalah nubutan tentang penderitaan Yesus, menumpahkan darah-Nya untuk pengampunan dosa. Anggur yang telah dipetik kemudian diperas dengan cara diinjak-injak di tempat pemerasan anggur. Air anggur kemudian mengalir dan ditampung di tempat penyimpanan anggur. Anggur ini kemudian didiamkan dan mengalami fermentasi sehingga menghasilkan minuman anggur.
Minuman Anggur adalah gambaran darah Yesus yang tercurah di bumi, dimulai ketika Dia berdoa di taman getsmani, keringat darah mengalir. Kemudian darah-Nya kembali mengalir ketika Dia diolok dan dipukuli. Darah-Nya semakin deras mengalir ketika tubuh-Nya disesah. Darah-Nya menutupi muka-Nya ketika Ia dimahkotai duri. Seluruh tubuh-Nya merah karena luka dan darah yang mengalir, ketika dengan tertatih Dia memikul salib menuju golgota. Darah tidak berhenti mengalir, ketika tangan dan kaki-Nya dipaku. Darah-Nya pun mengalir dari pinggang yang ditusuk tombak.
Apa yang diperoleh ketika kita minum anggur, yang adalah gambaran dan manifestasi dari kuasa darah Yesus . Kita sedang mendeklarasikan / memproklamasikan :
- Kita sudah ditebus /diampuni dari segala dosa (Efesus 1:7)
- Kita dikuduskan sekali untuk selamanya (ibrani 10:10)
- Kita disempurnakan (ibrani 10:14)
- Kita menjadi orang benar sekali untuk selamanya (2 Korintus 5:21)
- Tidak ada lagi penghalang atau jarak dengan Allah
Ketika kita makan roti dan minum anggur, kita sedang memandang kepada pengorbanan Yesus di kayu salib. Kita sedang memandang semua penderitaan akibat dosa sudah diselesaikan Yesus di di kayu salib. Pewahyuan kasih karunia-Nya semakin melimpah dalam hidup kita. Melalui perjamuan kudus, kita tahu bahwa ada pertukaran ilahi terjadi di kayu salib. Segala yang buruk di tanggung-Nya, supaya segala yang baik menjadi bagian kita. Tubuh yang terpecah ada makna dan kuasanya, demikian darah yang tercurah memiliki makna dan kuasa yang berbeda.
Jemaat mula-mula sering sekali melakukan perjamuan kudus tanpa menyertakan anggur, hanya roti. Bahkan Yesus sendiri memecah roti pada saat makan bersama dua murid di Emaus tanpa anggur. Ini menyiratkan hal penting. Roti diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari, sedangkan anggur untuk perayaan dan deklarasi kita sebagai orang kudus dan benar.
Mengakui Tubuh Tuhan
Dalam Perjamuan kudus, sering muncul pernyataan untuk menguji diri, apakah ada dosa yang belum diselesaikan. Hal ini membuat jemaat menyelidiki dosa-dosa, dan pada akhirnya membangkitkan perasaan tidak layak. Bukankah ini bertentangan dengan prinsip bahwa kita sudah dikuduskan sekali untuk selamanya (Ibrani 10:10) ? Bukankan setiap orang percaya memiliki status kudus, tak bercela dan tak bercacat di hadapan Allah (Kolose 1:22)? Lalu apa yang dimaksud tidak layak menerima perjamuan kudus ? Mengapa banyak jemaat yang lemah, sakit dan meninggal?
Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. I Kor 11:29
Seorang harus menguji dirinya apakah tahu cara yang layak untuk mengambil perjamuan kudus, bukanlah menguji apakah ada dosa yang tersisa ! Sekali lagi dosa sudah selesai oleh darah-Nya. Lalu apa yang di uji ? Pengakuan terhadap tubuh Tuhan ! Menguji apakah kita mengerti maksud dari makan roti dan minum anggur.
Dalam bahasa Yunani kata mengakui (diakrino), memiliki arti membedakan, membuat pemisahan, belajar membedakan. Sering sekali kita tidak mengerti perbedaan roti dan anggur, tubuh dan darah Yesus. Ketika kita makan roti dan minum anggur perjamuan kudus, kita seringkali tidak membedakan makna dan manfaat masing-masing. Inilah yang menyebabkan seorang disebut tidak layak, karena dia menerima tubuh dan darah tanpa pengertian dan tanpa membedakan. Roti atau tubuh memiliki makna dan kuasa yang berbeda dengan anggur atau darah Yesus. Kita tidak sepantasnya menyamakan atau menyatukan apa yang Tuhan pisahkan. Sebelumnya, sudah dijelaskan kuasa dari tubuh dan darah-Nya, yang memang berbeda.
Melalui perjamuan kudus yang dilakukan dengan pengertian yang benar, seharusnya tidak lagi ada yang mengalami kelemahan dan sakit di antara jemaat.
Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan (1Korintus 11:27)Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. I Korintus 11:30
Menurut Paulus, banyak jemaat yang lemah, sakit dan meninggal (seperti orang di luar Tuhan) karena mereka melakukan perjamuan kudus dengan cara yang tidak layak, bukan karena tidak layak. Sekali lagi CARA YANG TIDAK LAYAK. Akibat kejatuhan Adam dalam dosa, manusia memang rentan terhadap kelemahan dan penyakit. Melalui perjamuan kudus, khususnya roti atau tubuh Yesus, Bapa sebenarnya sudah menyediakan sarana supaya jemaat terus sehat dan panjang umur. Tetapi itu hanya bisa dinikmati kalau kita mengerti dengan benar maksud perjamuan kudus. Banyak yang mengalami kelemahan dan sakit karena kurang pengetahuan (Hosea 4:6). Sama seperti orang sakit yang sudah disediakan obat, tetapi tidak mengerti dosis, jenis obat dan berapa kali harus makan obat. Demikian orang yang melakukan perjamuan tanpa mengerti maksudnya.
Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. I Korintus 11:28
Jangan pula salah mengerti, ketika kita diminta menguji diri, bukanlah menguji apakah masih ada dosa atau permasalahan dengan saudara yang belum selesai. Sebab kita sudah kudus dan sempurna di hadapan Allah (Ibrani 10:10). Kita diminta menguji apakah sudah mengerti maksud perjamuan kudus, maksud roti dan anggur, maksud memberitakan kematian Tuhan, maksud memperingati akan Tuhan.
Seseorang lemah, sakit dan meninggal bukan karena mengambil perjamuan Kudus. Orang yang datang dengan kelemahan dan sakit seharusnya sembuh dalam perjamuan kudus. Namun mereka gagal menerima kesembuhan karena mereka mengambil perjamuan dengan cara yang tidak layak.
Apakah masih ada hukuman di bawah hukum kasih karunia? Yang dimaksud hukuman, bukanlah Allah menghukum, tetapi manusia yang mendatangkannya. Misalkan: kita parkir di tempat dengan tanda dilarang parkir, kemudia akhirnya kita ditilang. Ini konsekuensi akbat melanggar hukum.
Nah, Allah sudah menyediakan perjamuan kudus supaya kita mengalami kesehatan ilahi dan panjang umur. Orang yang sehat makan perjamuan kudus tambah sehat dan panjang umur. Sedangkan orang sakit akan mengalami kesembuhan. Jadi, bukan orang sehat ikut perjamuan kudus dengan cara yang tidak layak kemudian menjadi sakit. Tetapi orang yang sakit mengambil perjamuan kudus dengan cara yang salah akibatnya mereka tidak mengalami kesembuhan. Jadi, jemaat yang lemah dan sakit akibat gaya hidup yang salah atau dosa, mereka tidak disembuhkan dalam perjamuan kudus, karena mereka mengambil perjamuan dengan cara yang tidak layak
Bolehkah Melakukan Perjamuan Kudus Selain di Ibadah Raya?
Kita hidup dalam zaman ke-imamatan rajani, dimana setiap orang percaya berfungsi sebagai imam. Atinya setiap orang percaya boleh menyelenggarakan perjamuan kudus. Seorang Ayah, sebagai imam bagi keluarganya, boleh menyelenggarakan perjamuan kudus dalam rumah tangganya. Seorang pemimpin kelompok PA dapat pula menyelenggarakan perjamuan bagi murid-muridnya. Perjamuan kudus sebaiknya diselenggarakan dalam bentuk ibadah korporat/bersama; ibadah raya, doa bersama, persekutuan, ibadah keluarga.
Bahkan, dalam kondisi tertentu orang percaya dapat saja melakukan perjamuan kudus sendirian (masih ingat Habel mempersembahkan korban, sendiri saja). Dalam kondisi seseorang tanpa rekan seiman (misal karena tugas misi atau pekerjaan ke luar kota) dia pun masih mungkin melakukan perjamuan kudus sendiri.
Berapa Sering Kita Melakukan Perjamuan Kudus ?
Perjamuan kudus adalah ibadah yang bersifat korporat, dimana beberapa orang jemaat mempersembahkan korban yang harum di hadapan Allah. Saat ini setiap denominasi memiliki beragam waktu perjamuan kudus. Ada yang menyelenggarakan pada hari-hari besar, seperti pada perayaan paskah dan natal. Ada pula yang menyelenggarakan secara bulanan. Dan ada pula yang melakukannya setiap ibadah minggu.
Lalu, apa kata alkitab tentang waktu perjamuan kudus ? Jemaat mula-mula melakukannya setiap mereka bertemu dalam ibadah. Bahkan mereka melakukannya dari rumah ke rumah. Bagi jemaat mula-mula, Perjamuan kudus adalah satu satu pilar ibadah rutin mereka.
Mengakhiri artikel ini, kita membaca kembali apa yang diajarkan Paulus mengenai berapa sering perjamuan kudus dilakukan;
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. I Korintus 11:26
Kata setiap kali dalam I Korintus 11:26 dalam bahasa Yunani adalah hosakis, yang artinya sesering mungkin, banyak kali. Ayat ini menegaskan bahwa Perjamuan Kudus pada masa itu dilakukan sering sekali. Ini menjadi kebiasaan yang dilakukan jemat mula-mula. Mempertimbangkan apa yang dikatakan firman Allah, maka perjamuan kudus seharusnya dilakukan lebih sering. Mengapa tidak?
Tinggalkan Balasan